Mari kita bertanya pada diri kita seberapa seringkah intensitas kita membaca Al-Quran?
Apakah disela-sela kesibukan kita menjemput rejeki masih sempat untuk membacanya? atau kita sudah lupa, lupa demi mengejar kehidupan dunia semata. Padahal Al-Quran adalah pedoman hidup kita, jalan yang menunjukkan kita untuk meraih kehidupan bahagia baik dunia maupun akhirat. Dialah yang akan menjadi obat penyejuk hati dan merupakan rahmat bagi siapa yang membacanya, betapa malunya kita yang notabene mengaku muslim, namun membaca pedomannya pun belum bisa. Apakah ada keraguan pada diri kita akan kebenaran isinya? atau memang kita sibuk tidak ada waktu membacanya atau malas membacanya?
Bila kita mendalami, betapa Al-Quran ini mempunyai nilai kebenaran yang haqiki.
Pertama, Al-Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang kandungan isinya begitu indah serasi dan seimbang. Sebagai contoh, didalam Al-Quran kata "yaum" atau hari dalam bentuk tunggal terulang sebanyak 365 kali ini persis dengan bilangan hari selama satu tahun. Dan dalam bentuk jamaknya diulang sebanyak 30 kali ini persis sebanyak bilangan hari dalam satu bulan. Sementara itu kata "yaum" yang berarti "bulan" terdapat 12 kali persis jumlah bulan dalam setahun. Kata panas dan dingin diulang sebanyak empat kali, kata dunia dan akhirat, hidup dan mati, setan dan malaikat semuanya menggambarkan keseimbangan dan keserasian isinya.
Kedua, Al-Quran satu-satunya kitab yang mampu mengungkapkan pemberitaan ghaib. Cobalah kita renungkan betapa hebatnya Al-Quran, pemberitannya tentang keselamatan badan Fir'aun yang tenggelam di Laut Merah yang terjadi jauh sebelum itu yakni 3200 tahun yang lalu, baru terbukti setelah mumminya (badannya yang diawetkan) ditemukan pleh Loret di Wadi Al-Muluk Thaba, Mesir 1986. Dan ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang menyatakan saat menjelang kematian Fir'aun: "Hari ini kuselamatkan badanmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu" (QS.10:92). Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah pemberitaan Al-Quran awal surat Ar-Rum yang menjelaskan akan kekalahan Romawi oleh Persia pada tahun 614; "Setelah kekalahan, mereka akan menang dalam sembilan tahun disaat itu kaum Mukminin akan bergembira". Dan itu benar adanya tepat ketika kegembiraan kaum muslimin memenangkan pertempuran Badar pada tahun 622, bangsa Romawi memperoleh kemenangan melawan Persia.
Ketiga, Bukit kebenaran ilmiyahnya sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini. Apalagi bila kita lihat background penyampainya hanyalah seorang ummi yang tidak pandai membaca dan menulis dan hidup di lingkungan keterbelakangan. Dan notabene bukti kebenaran rasul-rasul Allah bersifat suprarasional. Hanya Muhammad SAW sajalah yang datang membawa bukti rasional. Ketika masyarakatnya meminta bukti selainnya. Tuhan berpesan agar mereka mempelajari Al-Quran (QS.29:50)
Namun sangat disayangkan dewasa ini masih banyak umat Islam yang tidak mau membacanya, apalagi memfungsikannya dengan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka masih mempergunakan Al-Quran hanya sebatas penangkal bahaya dan pembawa manfaat dengan cara-cara irrasional seperti dijadikannya Al-Quran sebagai jimat, Astagfirullah.... Inilah yang menjadi kekhawatiran Rasulullah terhadap umatnya. Dan pernah diadukan oleh Rasul pada Allah SWT, Berkatalah Rasul: "Wahai Tuhanku- sesungguhnya kaumku, telah menjadikan Al-Quran sesuatu yang diabaikan" (QS.25:30).
Oleh karenanya, tahap awal untuk mengatasi kesalahan tersebut, mari kita tingkatkan intensitas membaca Al-Quran, meningkatkan kemampuan membacanya, dan berusaha mengakrabkan diri kita dengan kitabullah tersebut. Dengan itu insyallah kemanfaatan Al-Quran, baik itu sebagai syifaa maupun rahmatan akan kita rasakan.
Amien, Ya Robbal'aalamin.......................
0 komentar:
Posting Komentar